Selasa, 28 April 2009

MIMPI 2021

Pekanbaru, Juni 2007

Tahun 2021 masih terlalu jauh untuk dipikirkan dari sekarang. Demikian komentar beberapa orang rekan sekantor saya di BOB CPP. Untuk orang yang sudah seumur saya, 52 tahun, untuk 14 tahun mendatang lebih patut membayangkan masa depan yang lebih santai, jogging tiap pagi, bersenang-senang dengan cucu, tiap hari cek rekening Bank..Namun saya tidak bisa berfikir sesederhana itu. Ada yang senantiasa berputar dalam fikiran saya.

Sebagai seorang ahli geologi yang sudah 26 tahun bergelut dengan data perminyakan Riau, saya faham benar akan kekayaan bumi Riau.Walaupun sudah diproduksi milyaran barrel sejak tahun 1952, sampai sekarang Chevron masih menyisakan bermilyar-milyar barrel minyak belum terproduksi dibawah muka bumi Riau.Pertanyaannya sampai kapan kekayaan bumi ini akan tetap lestari ?Pertanyaan di atas sudah bergema sejak saya bergabung dengan PT Caltex Pacific Indonesia sejak tahun 1981 yang lalu. Banyak yang pesimis bahwa minyak akan segera habis, dan rana Riau akan ditinggal menjadi puing-puing sumur dan pipa-pipa, yang layak jadi aset besi tua. Namun kenyataannya tetap saja separuh dari 1 juta barrel perhari produksi minyak Indonesia berasal dari Riau. Jadi masihkah minyak bersisa dari ladang-ladang minyak CPI pada 2021 ?

Masyarakat awam sangat mungkin terbius oleh pesimisme habisnya kekayaan minyak Riau pada beberapa dekade yang akan datang. Sikap pesimis yang demkian akan menguntungkan pihak-pihak yang masih berharap bisa memperpanjang kontrak kerja CPI yang akan berakhir ada 2021.Tulisan saya ini bermaksud mengajak pembaca semua bermimpi bersama tentang pengoperasian ladang-ladang minyak CPI sekarang setelah kontrak kerja berakhir, tentunya oleh tenaga tempatan yang tidak kalah profesional dari SDM Chevron sendiri.Alih Kelola: Bercermin pada Blok CPPIngat ketika blok CPP akan habis masa kontrak pada tahun 2002 ?

Bertahun-tahun sebelum masa itu berakhir, aktifitas di blok tersebut sudah mulai dikurangi. Hal ini terlihat dari menurunnya jumlah sumur yang di bor, termasuk sumur eksplorasi. Pada masa bersamaan Indonesia memasuki era reformasi, dan menguatnya desakan otonomi. Sejak tahun 1999 tampak benar kekuatan sosial politik daerah yang mendesak agar putera daerah diberi peluang partisipasi lebih besar, termasuk dalam operasi ladang migas. Sejak itu dimulailah perjuangan merebut CPP Block oleh berbagai komponen masyarakat.Singkat cerita, CPP Blok diberikan hak pengelolaannya kepada daerah, bersama-sama dengan Pertamina berbagi saham 50:50.Banyak kekhawatiran waktu itu, apakah orang daerah sanggup ??Sampai hari ini BOB CPP tetap beroperasi lancar dengan produksi relatif stabil pada tingkat rata-rata 26 ribu barrel perhari. Lebih kecil dari tingkat produksi ketika di alih kelolakan pada bulan Agustus tahun 2002 sebesar 40 ribu barrel perhari. Namun penurunan tersebut lazim pada ladang minyak tua. Bahkan dibandingkan dengan penurunan produksi ditempat lainnya, apa yang dicapai oleh BOB CPP termasuk sukses besar: dengan pekerja 100 % nasional tanpa seorangpun karyawan bule !!!Bercermin pada sukses BOB CPP masih menyisakan pertanyaannya: Sanggupkah warga Riau menerima alih-kelola ladang-ladang minyak di Blok Rokan (mencakup Minas, Duri, Bangko, Kotabatak, Petapahan dll), yang pada akhir masa kontrak tahun 2021 masih akan bersisa pada tingkat produksi 300 ribu barrel perhari ??

Saya lebih suka menjawab tantangan ini dengan sikap optimis. Teringat dulu ketika saya masih di CPI tahun 2001, saat perjuangan merebut CPP sudah membuahkan hasil, ketika banyak teman-teman kandidat pengelola blok CPP sudah mulai direkrut. Sebagian mereka ada yang dimagangkan di CPI. Tetap saja banyak suara-suara pesimis, yang memandang rendah para kandidat yang bersangkutan. Pada saat yang sama banyak teman-teman sesama karyawan CPI yang dibujuk agar mau bergabung. Saya termasuk salah satunya.Intinya modal awal berupa SDM pengelola blok CPP benar-benar nol ! Kalau kemudian proses rekrutmen berjalan mulus, dengan berbagai janji-janji agar banyak para profesional mau bergabung, lalu mengapa ragu melihat kedepan ?Walaupun tingkat kesulitan operasi di blok Rokan lebih tinggi, dan tingkat produksi pada waktu alih-kelola pada tahun 2021 lebih besar, namun proses penyiapa SDM akan lebih mudah karena sekarang ada BOB CPP yang bisa dipakai sebagai training center !!

Dalam persfektif tersebut diatas, maka BOB CPP dapat memainkan peran yang sangat strategis. Artinya BOB CPP tidak semestinya dikelola model PSC biasa, sebatas mendatangkan profit untuk stake-holder belaka, karena sejak awalnya memang sudah dibebani oleh kewajiban sosial politik dalam rangka memberdayakan SDM tempatan untuk mengoperasikan ladang minyak ”bekas” CPI.Walaupun sisa, tidak mesti dipandang sebelah mata, karena yang bersisa memang masih sangat banyak untuk ukuran ekonomi daerah, bahkan untuk skala ekonomi nasional.Bahkan bukan tidak mungkin perusahaan sebesar Chevron masih sangat berminat memperpanjang kontraknya di blok Rokan setelah masa kontrak 2021 berakhir. Dalam situasi seperti ini peran BOB CPP semakin penting dalam rangka meyakin pemerintah pusat bahwa ladan ”bekas” tersebut akan lebih ekonomis kalau dikelola oleh tenaga lokal daripada Chevron yang notabene banyak pegawai bule yang bergaji besar..Ini merupakan tantangan berat buat BOB CPP. Dalam masa beberapa tahun kedepan BOB CPP harus menunjukkan kinerja yang benar-benar hebat sehingga bisa meyakinkan pemerintah pusat bahwa keputusan mengalih kelolakan blok CPP kepada anak-anak daerah adalah keputusan yang tepat. Dengan track record yang seperti itu insya Allah landang minyak yang lebih besar juga bisa dipercayakan kepada orang tempatan.

Tulisan ini memang layak disebut mimpi, sesuai dengan judulnya. Karena kenyataan hari ini bisa saja bertolak belakang dengan kenyataan yang diharapkan oleh Rakyat Riau.Sejak awal bulan ini media lokal banyak menyorot berbagai segi kebijakan BOB CPP yang dipandang tidak mengedepankan aspirasi daerah dan berlawanan dengan semangat otonomi. Lebih menyedihkan lagi semuanya itu terjadi karena para elit stake holder BOB CPP tidak mengedepan prinsip pengelolaan yang profesional, sebaliknya lebih banyak mengedepankan suara-suara elitis yang beraroma konflik kepentingan individu..Namun masyarakat tidak mesti pesimis melihat gejala yang terlihat hari ini. Masa depan yang lebih baik tidak akan tercipta dengan cara meratapi keadaan. Semangat otonomi daerah yang sedang tumbuh, rasa percaya diri bahwa semua orang bisa hebat kalau diberikan kesempatan, dan berbagai sikap positif lainnya tetap diperlukan bagi segenap karyawan BOB CPP.Ada masanya pertarungan para elit akan berakhir. Ketika itu para profesional bisa bekerja dengan tenang, sehingga bisa unjuk kinerja. Sehingga 14 tahun lagi ketika ladang minyak di blok Rokan habis masa kontraknya, tidak ada lagi yang ragu: mengambil pepatah Pak ’Lah-- KITA BOLEH !!Jadi silahkan pelihara mimpi-mimpi ini. Hidupkan dia.. Dan bawalah kemanapun kamu pergi !!

Tiada ulasan:

Catat Ulasan