Isnin, 11 Mei 2009

AGAMA JIN

Apakah Jin perlu beragama ?

Kedengarannya pertanyaan diatas terlalu mengada-ada. Namun saya mendapatkan beberapa segmen dalam Al Quraan yang memberikan deskripsi sangat realistis, seakan-akan terjadi pada alam fisis-bendawi:

Mereka berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quraan yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan Al Quraan-Al Quraan yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. (Al-Ahqaf 30-31)
.
Saya baca tafsir Hamka. Tidak ragu lagi ayat-ayat tersebut memang menceritakan tentang sekelompok Jin yang ikut mendengarkan ayat Al Quraan dibacakan..

Berkaitan dengan jin, banyak cerita yang telah bercampur baur, sehingga terkadang ada orang tidak percaya sama sekali. Cara pandang demikian tentu ada bahayanya, karena keimanan kepada alam ghaib termasuk dalam rukun iman. Oleh sebab itu saya bersikap menghindar dari deskripsi tentang jin kecuali yang berasal dari Al Quraan, seperti yang berikut ini:

Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib. (Al-Qashas 27)

Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".
Berkata 'Ifrit dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya". (Al Qashas 38-39)

Jadi saya memandang bisa saja terdapat sampai hari ini ada orang yang berkawan dengan Jin dan memanfaatkan tenaga Jin untuk menambah kehebatan supra-naturalnya. Namun saya tidak yakin orang tersebut bisa benar-benar menguasai jin tersebut seperti Sulaiman, sehingga benar-benar aman dari pengaruh jahat jin yang menolongnya. Bisa juga terjadi sebaliknya, manusia menjadi hamba jin dan melakukan apa saja yang diperintahkan oleh jin, dengan imbalan jin juga menolong orang tersebut kapan-kapan dia mau.

Oleh sebab itu lebih aman tidak berkawan dengan jin sama sekali. Karena bila jin berbuat sesuatu yang manusia kehendaki, dia melakukannya karena terpaksa, bukan berdasarkan keiklasan, seperti dalam cerita Al Quraan berikut ini:

Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang seperti kolam dan periuk yang tetap . Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur. Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.
Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan. (Saba’ 13-14)

Kasihan !

Dari ayat-ayat tersebut saya tahu bahwa jin tidak hebat-hebat sekali, karena Sulaiman sudah meninggal pun jin tidak tahu, sehingga dengan terpaksa mereka masih bekerja terus membangun gedung sesuai dengan perintah Sulaiman, walaupun yang memerintah sudah meninggal, tapi masih berdiri dengan tongkatnya.

Dengan pemaham lugas-tekstual seperti itu saya merasa nyaman dalam keimanan saya, tanpa harus merasa diri kurang saintifik. Sain dan keimanan tidak menjadikan saya terombang-ambing diantara empirisme sain dan kegaiban iman.

Oleh sebab itu saya yakin bahwa di antara golongan jin ada yang taat beragama seperti manusia.
Yang kafir juga ada.

NASIONALISME KAUM PROFESIONAL

Semakin banyak saya berjumpa kaum profesional sebangsa di LRT bila saja saya naik di Stesen Setiawangsa. Profesinya juga semakin beragam. Ada yang geosaintis seperti saya, ada akuntan, engineer, pilot, etc. Sesekali kami berbincang ringan dalam suasana berdesakan dengan masyarakat Kuala Lumpur yang sedang menuju tempat kerja masing. Terkadang saya terlibat diskusi spontan tentang berbagai isu semasa di Indonesia. Terkadang bisasangat serius tentang judul tersebut diatas.

Masalahnya mengemuka pada saat seseorang mulai mempertanyakan peran seorang profesional yang bekerja di luarnegeri bagi kemajuan bangsa dan tanah airnya.

Saya selalu menghibur diri dengan bercermin kepada figure salah seorang presiden RI yang ke-3, yang memang murni berlatar seorang profesional. Waktu menjadi seorang enginer di Jerman dia sudah mendekati puncak karir seorang profesional. Sudah tentu dengan segala kemudahan hidup yang tak sebanding dengan kemudahan yang dia dapatkan di Tanah Air ketika dia menerima tawaran Presiden Soeharto untuk pulang kampung.

Habibie tentu punya alasan sendiri mengapa dia menerima tawaran tersebut. Yang pasti bukan alasan materialistik, karena untuk ukuran material pasti dia jauh lebih nyaman meneruskan karirnya di Jerman.

Teman saya diskusi di LRT tampak cukup senang dengan pandangan serupa itu.

Di Kuala Lumpur kita bisa menikmati segala kemudahan hidup yang ditawarkan oleh perusahaan tempat kita bekerja. Soal nasionalisme, saya tak perlu merasa bahwa kadar nasionalisme saya lebih rendah dari pada rekan seprofesi yang bekerja di dalam negeri. Bahkan kepada atasan saya di kantor saya pernah bilang, bahwa di perusahaan tempat saya bekerja sekarang saya lebih patut disebut meneruskan pelajaran. Di perusahaan ini saya menggali pengalaman lebih banyak.

Terkadang saya juga bercermin kepada Nabi Yusuf, yang tidak berhenti belajar, dan terus belajar. Dengan ilmunya yang memang mumpuni sebagai nabi, dia tidak kekurangan media untuk mengajarkan ilmunya, sehingga harum nama sampai keluar penjara.

Saya percaya kepada dinamika takdir manusia, yang penuh dengan kejadian sebab-akibat, menguntai bak rantai, tapi lebih banyak tak terduga oleh manusia.

Kalau Allah menghendaki, nasib seorang yang sekarang terpenjara, besok-lusa dia bisa menjadi pejabat istana.

Profesi saya hari ini adalah seorang ilmuan, yang terus menimbah ilmu. Hari ini bangsa lain menghargainya jauh lebih tinggi.

Nanti bila saatnya tiba, ada yang lebih memerlukan kemampuan saya di negeri sendiri, apakah patut saya tolak ?

BAKAL CALON BUPATI

Saya tak akan melupakan bahwa saya pernah MENYATAKAN KESEDIAAN untuk dicalonkan menjadi Bupati. Walau pun tidak yakin saya akan terpilih, saya tak bisa menahan diri saya untuk mencoba. Beberapa kawan dekat justru melihat saya mempunyai peluang. Merekalah yang memompakan semangat, sementara beberapa kerabat saya menilai peluang saya kecil.

Tim kerja pun sudah terbentuk. Tim Kecil. Mereka sudah bergerak, dan berupaya menjaring aspirasi sepanjang perjalanan dari Singingi Hilir sampai ke Taluk Kuantan. Mereka semakin yakin, bahwa saya punya peluang, karena ternyata banyak yang sudah mengenal baik profil pribadi saya bila brosur sosialisasi pencalonan saya mereka bagi-bagikan kepada masyarakat.

Beberapa kali event pertemuan dengan tokoh dan masyarakat pun sudah digelar. Bahkan sudah ada yang mulai bertanya-tanya apakah saya punya cukup uang untuk mensosialisasikan diri lebih luas.

Kerja-kerja tim sukses semakin serius dan sistematis ketika mulai memasuki tahapan pencalonan ke DPRD. Pada waktu itu beberapa anggota DPRD sudah di kontak, dan menunjukkan dukungan, hanya masih kurang untuk mencapai dukungan minimal. Proses pemilihan waktu itu masih terbatas pada voting pada sidang pleno, bukan sistem pemilihan langsung seperti sekarang.

Harapan saya semakin besar pada saat calon pendamping saya sebagai pasangan wakil bupati sudah setuju. Teman-teman makin bersemangat, karena sang calon wabup adalah tokoh masyarakat yang sangat terpercaya. Selain menjabat sebagai camat, dia juga aktifis ormas yang sangat disegani, dia terkenal karena tidak terkontaminasi sedikitpun oleh issu korupsi. Bahkan masyarakat menggelarinya camat termiskin se Indonesia.

Semua proses sudah saya jalani, kecuali meminta tandatangan pendukung dengan cara mengumpulkan bukti fotokopi katepe. Namun usaha saya terganjal karena sang calon wabup tidak bersedia mengajukan permohonan surat izin atasan untuk maju mencalonkan diri. Sebagai PNS dia harus mendapatkan izin tersebut terlebih dulu, dan bila diizin maka jabatannya sebagai camat harus dilepaskan..

Sampai pada tahap itu saya memang sudah hampir kehabisan jalan. Namun saya tidak boleh menunjukkan sikap putus asa saya. Karena pada waktu itu semua masih sangat tergantung pada suara anggota DPRD, maka saya putuskan untuk menyampaikan surat kepada semua anggota DPRD, melalui sekretaris DPRD yang kebetulan senior saya dulu di Mualimin Muhammadiyan Taluk Kuantan.

Sayangi datangi kantor DPRD, bersama-sama dengan Tim Kecil yang tetap bersemangat, lalu saya serahkan berkas surat saya sebanyak jumlah anggota DPRD. Isi surat dilengkapi dengan biodata saya sebagai putera kuansing asli, menyatakan bahwa saya bersedia di calonkan oleh DPRD Kuansing untuk menjadi calon bupati...
Saya tidak pasti apakah surat saya sampai kepada setiap anggota DPRD waktu itu. Kalau sampai saya tidak lagi meneliti respon dari mereka masing-masing. Secara moral saya sudah tidak lagi punya beban. Saya telah menyatakan kesediaan saya untuk membangun kampung saya. Sudah tentu dengan meninggalkan profesi saya sebagai geosaintis.

Kalau hari ini saya bekerja di luar negeri, kesediaan saya tersebut sudah jadi bukti bahwa kepergian saya meninggalkan tanah air tidak terkait melulu karena dorongan materialistik.

Pada hari terakhir saya hendak meninggalkan tanah air pada tahun 2007, seorang adik saya yang mengerti tentang motivasi saya terjun ke politik melalui jabatan bupati, setengah berbisik mengatakan bahwa saya telah menyerah !
Saya katakan padanya bahwa dia keliru: “ Kamu lupa Reagan diangkat menjadi presiden AS pada usia 70-an”.......

SYAITHAN

Senantiasa saya mendapatkan pemahaman baru bila membaca kitab. Terkadang saya agak khawatir bila pemahaman saya tidak tepat. Dalam berbagai kesempatan bertemu dengan ustadz yang sudah lama saya kenal pemahaman tersebut saya verifikasi.

Ambil contoh soal tentang perkataan syaithan. Kalau kita tarik pengertiannya dari surah An Naas, kita diberikan definisi yang agak konkrit, yaitu makhluq yang menimbulkan was-was dalam hati manusia: dari golongan jin dan manusia..

Semula sukar bagi saya untuk meyakini pemahaman yang tegas dan langsung seperti tersebut. Tidak ada lagi tafsiran yang lebih rinci, bahwa segala sesuatu yang menimbulkan was-was dalam hati kita, yang selalu menggoyang keyakinan kita kepada kebenaran agama kita, menurut pengertian dari Surat An Naas tersebut adalah golongan syaithan.

Kalau kita tambahkan lagi dengan deskripsi yang lebih rinci, karakter syaithan dalam rangka menimbulkan keraguan tersebut, rangkaian ayat-ayat dalam surat Al Baqarah akan menjadikan kita lebih terkejut lagi, apalagi pada ayat ke-14: “ .............kalau mereka kembali kepada syaithan-syaithan mereka, mereka berkata: sesungguhnya kami adalah tetap golongan kamu juga, (kalau kami tadi mengatakan beriman didepan orang mukmin) tidak lain kami hanya berolok-olok”

Sukar sekali buat saya menggambarkan konteks ayat tersebut kalau saya tidak menggambarkan dalam benak saya bahwa percakapan tersebut terjadi diantara golongan manusia. Jadi saya terpaksa memahami bahwa yang bercakap-cakap seperti cerita ayat ke-14 tersebut adalah para syaithan.

Syaithan adalah karakter

Yaitu barang siapa memiliki karakter syaithaniah, dari golongan jin dan manusia

Isnin, 4 Mei 2009

TAHUN 2021 RIAU BOLEH

Banyak prasangka yang beredar di tengah masyarakat bahwa minyak di Riau akan habis. Namun pada kenyataannya sampai hari ini banyak ladang-ladang tua, yang sudah berproduksi sejak awal tahun 50-an masih tetap mengalirkan minyak.

Pertanyaannya, betulkah suatu ketika nanti minyak akan habis disedot dari Bumi Riau ?

Tulisan ini menjelaskan secara ringkas tentang berbagai kemungkinan tersebut, dan kira-kira seperti apa gambarannya dari tahun ke tahun. Tentunya gambaran secara umum.

Para perencana di setiap perusahaan minyak membuat taksiran produksi tahun depan setiap akhir tahun, bersamaan dengan perkiraan produksi pada tahun-tahun mendatang untuk lima tahun ke depan. Biasanya perkiraan tahun depan didasarkan pada realisasi produksi tahun berjalan, dengan perkiraan produksi akan naik atau turun. Naik turun biasanya di hitung dalam persentase terhadap tahun lalu.

Agar dapat mengambarkan berapa tingkat produksi tahun depan, maka setiap ladang minyak dalam wilayah operasinya dijumlahkan berapa produksinya tahun berjalan. Biasanya dibandingkan juga dengan produksi tahun lalu. Kalau produksi tahun berjalan turun dari tahun lalu, maka biasanya tahun berikutnya bisa juga turun. Atau kalau mau naik harus dengan perencanaan apa saja yang akan dilakukan agar produksi naik pada ladang bersangkutan.

Misalnya ladang A tahun lalu produksi 1000 barrel perhari (bph), tahu berjalan produksi diperkirakan mencapai 900 bph. Artinya produksi turun 10 %. Kalau mengikuti trend tersebut maka produksi tahun akan datang adalah 810 bph. Artinya tetap turun 10 persen.

Kalau produksi mau dinaikkan harus ada rencana kerja untuk ladang A. Rencana ini biasanya dibuat setelah melalui beberapa tahap studi yang telah dilaksanakan oleh pada insinyur dan ahli geologi (e.g. Putera Kuansing).

Hasil studi biasanya memberikan beberapa opsi. Salah satunya adalah dengan menutup lapisan produksi lama, lalu melubangi lapisan minyak lain yang diperkirakan masih banyak mengandung minyak..

Orang awam biasanya sangat tidak mengerti tentang operasi perminyakan. Saya sering ditanyai tentang kemungkinan Bumi Riau akan amblas karena minyaknya diambil terus.

Gambaran sebenarnya sebagai berikut: Sumur minyak yang di bor sampai ribuan meter telah diberi selubung besi, yang diameternya 17 cm. Diantara selubung besi ini dengan dinding lubang diberi semen, sehingga besi menyatu dengan dinding lubang bor. Pada kedalam tertentu terdapat lapisan minyak, biasa lapisan batu pasir tebal 10 meter diantara lapisan-lapisan lempung. Biasanya lapisan minyak ini tidak satu. Jadi ada beberapa lapisan.

Dengan mempertimbangkan berbagai sifat teknis dari setiap lapisan minyak, biasanya tidak seluruh lapisan minyak bisa diproduksi sekaligus. Jadi harus di lubangi dulu lapisan satu atau dua secara bersamaan, lalu lapisan yang lainnya tetap tertutup selubung besi.

Bila lapisan produksi lama sudah dianggap habis, atau tidak lagi bagus produksinya, maka para insinyur dan ahli geologi merencanakan pembukaan lapisan baru. Lapisan lama ditutup dulu dengan teknik suntikan semen, atau di isolasi dengan sumbat karet atau besi.

Suatu ladang minyak yang kaya (seperti Duri) bisa memiliki belasan, bahkan puluhan lapisan minyak, sehingga walaupun sudah puluhan tahun masih tetap bisa berproduksi.

Saya masih optimis pada tahun 2021 ketika kontrak CPI yang sekarang habis minyak di kawasan CPI sekarang masih bisa berproduksi sekitar 200-300 ribu bph.

Insya Allah ketika itu Rakyat Riau bisa merebut kesempatan untuk menjadi pengelola. Untuk itu Putera-puteri tempatan harus belajar dari sekarang bagaimana mengelola perusahaan minyak secara profesional melalui BOB CPP atau Riau Petroleum.

Tahun 2021 Riau Boleh !!

Harapan Kepada Anggota DPD Riau

Bolehlah saya berharap banyak kepada para angota DPD yang baru saja terpilih mewakili Riau 2009-2014. Yang saya tahu dua orang diantaranya adalah ustadz kabir, satu pensiuanan Kadepag Riau, satu lagi ketua IKADI Prop Riau. Dua orang lagi juga dari kalangan ustadzah juga..

Dalam masa-masa fungsi DPD yang masih abu-abu, sudah tentu banyak ruang gerak kreatif yang bisa dipergunakan. Pandang saja dari sisi positifnya.

Yang sudah pasti, sesuai dengan kapasitas mereka mewakili kepentingan daerah, sebagai pengimbang terhadap ketimpangan jumlah penduduk sehingga daerah cukup kuat terwakili dalam hiruk-pikuk perebutan pengaruh, justru peran anggota DPD jauh lebih besar. Justru karena peluangnya sangat besar, seorang anggota DPD harus melengkapi dirinya dengan jaringan konstituent non partisan, dari berbagai assosiasi profesi, mencakupi segenap strata sosial masyarakat, dan seterusnya...

Intinya seorang anggota DPD harus siap belajar cepat. Tidak mesti memposisikan diri menjadi seorang ahli dalam setiap bidang, karena hal itu mustahil. Yang penting adalah meningkatkan kemampuan merekam aspirasi masyarakat, mendalami permasalahan yang multi spektrum, untuk kemudian memilah-milah masalah mana yang sangat perlu diangkat ketingkat pusat.

Di Jakarta permasalahan yang masuk dalam inbox sekretariat DPD tentu akan berjibun, karena masing-masing daerah pasti punya concern. Dalam tahap ini diperlukan kemampuan merangkul daerah-daerah yang memiliki permasalahan yang sama untuk kemudian mencari jalan-jalan yang mungkin ditempuh. Dan seterusnya..

Itu harapan saya dari kejauhan. Tidak bermaksud menggurui.

Untuk Riau issue yang selalu mengemukan adalah dana bagi hasil MIGAS. Nah dalam hal ini saya melihat Ustadz Gazali bisa lebih unggul, karena saya yakin banyak yang bisa dikerjakan oleh para profesional perminyakan di Chevron yang selama ini sudah menjadi konstituen beliau.

Bahkan saya sendiri bisa membantu, dan bersedia dipanggil pulang ke Pekanbaru, insya Allah, terutama sekali dalam masa-masa akhir pekan, atau dalam masa-masa liburan...

Selamat bertugas !

Sabtu, 2 Mei 2009

I-10

Perjalanan melalui I-10, antara Houston dengan New Orleans. Melintasi jembatan menyeberangi rawa-rawa Atchafalaya, saya ingat kampung sendiri, pantai Timur Riau yang juga berawa-rawa. Ketimbang menimbun yang akan merusak ekosistem, lebih bijak membuat jembatan..

Iblis: Perintis Liberalisme dan Materialisme

Iblis adalah yang perintis aliran liberal. Ketika dia menolak perintah sujud kepada Adam, bukannya dia menolak tanpa alasan. Dia mempunyai argumen, walaupun sangat sangat subjektif, mengikuti perasaan bahwa dia lebih baik daripada Adam.

Terdahulu dari itu sebenarnya perintah sujud kepada Adam itu bukannya tanpa alasan. Adam telah menunjukkan bukti kehebatannya dibandingkan para malaikan dalam hal penamaan berbagai benda, karena Allah telah melebihkan Adam dari sisi keilmuan.

Namun kehebatan Adam ini tidak diakui oleh Iblis, karena dia lebih menitik beratkan kehebatan material. Dalam pandangan Iblis lebih hebat api dari pada tanah. Jadi Iblis juga merupakan perintis materialisme.

Jumaat, 1 Mei 2009

Galveston

Pantai Galveston ada laboratorium. Konon, gosong pasir yang membentuk pantai yang indah ini mulai terbentuk 10 ribu tahun lalu ketika laut mulai menggenangi dataran Teluk Meksiko pada masa bumi mulai memanas, dan glacial mencair menaikkan permukaan air laut. Banyak literatur dan makalah menulis tentang Galveston menggambarkan bagaimana transgressi lalu ini kemudian me menggenangi seluruh kawasan kota Houston sebelum dia berubah menjadi kawasan lumpur dalam lingkungan rawa-rawa yang luas.

Daya tarik Galveston bukan saja karena pantainya yang indah, tetapi juga karena ketinggian tanah yang menggoda dibandingkan dengan dengan kerendahan rawa-rawa yang terlindung dibelakang garis pantainya. Sepintas inilah kediaman yang indah sekaligus aman, dari pada harus menimbun rawa-rawa sebagai kawasan perumahan seperti Kota New Orleans.

Sekarangpun banyak yang belum tahu bahwa kota Galveston tua adalah sebuah metropolitan. Sampai ketika badai besar melanda pada tahun 1900 yang mematikan 6000 orang. Ombak yang menggunung menggulung seluruh kawasan pulau tersebut tanpa menyisakan satu rumah pun kecuali ditenggelamkan badai pasang. Sejak saat itu banyak pemukim yang pindah di kewasan yang jauh dari pantai, diantara rawa-rawa yang jauh dari keindahan, namun merasa lebih aman, sekarang menjadi Metropolitan Houston.

Galveston memang produk ombak. Sampai besok-besok, ketika laut masih terus meninggi, kawasan lain boleh tenggelam karena pemanasan global, namun Galveston akan tetap menggosong selama ombak masih membawa butiran pasir. Butiran pasirnya yang indah mungkin sudah diangkut oleh ombak dan arus sepanjang pantai dari kawasan selatan sejauh Cancun Beach di Meksiko.

Begitulah cerita geologi.

Di Galveston saya ajak anak-anak bermain ombak jauh ke tengah laut. Tidak ada yang berani, karena ombak memang agak besar, tapi masih dalam batas aman. Saya beranikan diri, menjauh terus ketengah, sampai anak-anak berteriak melarang. Namun sedikitpun saya tak takut. Saya tahu, dari model kemiringan dasar laut yang saya baca dari literatur, sampai sejauh 200 meterpun saya ke arah tengah, saya belum akan tenggelam.

Kembali ke pinggir pantai anak-anak sudah ketakutan. Saya sendiri senang-senang saja.

Ketakutan anak-anak bisa difahami karena ketidak tahuan. Pantai bukanlah sungai seperti Kuantan, yang makin ke tengah makin dalam, orang bisa hanyut dan tenggelam.

Jadi dengan ilmu kita memprediksi. Itu menjadikan kita percaya diri dan berani menantang resiko.

Bagi seorang geologist, Galveston bukan sekedar pantai yang indah, dia juga memberikan hikmah..

Mimpi Riau 2020

Gubernur Saleh Jasit mungkin memang seorang pemimpi. Membangun Riau memasuki tahun 2020 sehingga bisa menjadi pusat kebudayaan dan perekomian di Asia Tenggara memang sebuah mimpi.

Namun mimpi tersebutlah yang mendorong Bapeda Riau membentuk Tim Master Plan Riau 2020. Dalam masa setahun penuh, pada 2001-2002, kerja-kerja lintas profesi dan akademisi telah berhasil menyusun draft master plan, yang kemudian gagal di paripurnakan di DPRD.

Seperti apa gambaran Riau pada 2020 ? Bisakah menjadi pusat kebudayaan dan perekomian di Asia Tenggara ?

Apapun gambarannya dari sudut pandang Tim Master Plan, visi tersebut pasti bukan sebuah mimpi kosong. Paling tidak diperlukan dana tahunan 6 trilliyun rupiah harus dianggarkan untuk membangun infrastruktur saja. Karena untuk menjadi pusat budaya dan ekonomi, bukan saja gedung kantor dan pustaka saja yang harus dibangun.

Draft master plan Riau 2020 memang bukan sebuah kitab suci. Paling tidak ia merupakan usaha serius dari pihak Bapeda untuk menguji sejauh mana sebuah visi bisa menggerakkan pembangunan. Kalau hari ini Riau masih juga belum memiliki jalan tol, saya tidak tahu apa yang tidak beres.

Para planer selalu mengatakan, if you don't plan, you plan to fail..

Khamis, 30 April 2009

Gunung Bergerak Bagaikan Arakan Awan

Sekarang saya menjadi lebih faham, mengapa Allah menyebutlan orang kafir disebut buta tak bisa melihat. Saya mengambil iktibar dari cerita tentang gunung yang bergerak bagaikan arakan awan.

Banyak orang akan betanya-tanya, mana mungkin gunung bergerak. Seperti arakan awan ?

Orang yang terbiasa melihat animasi mestinya bisa lebih cepat memahami hal ini, karena pada intinya gerakan adalah bagaikan gambar animasi, yang setiap frame memiliki gambar dalam posisi yang berlainan.

Gerakan awan juga seperti gerakan animasi. Juru kamera yang membidik gerakan awan sebenarnya bagaikan membuat ribuan frame gambar awan, yang setiap frame menempati kordinat yang berbeda dari frame sebelumnya.

Nah sekarang lihat rupa bumi dari google earth, lalu lihat bagian bumi di Amerika latin, copy-paste ke power point. Lalu dengan skala yang sama, putar bumi tersebut, dan copy-paste pula bagian bumi Afrika. Kalau anda mau bekerja sedikit agak keras, anda dapat membuat outline dari kedua bentuk benua tersebut, dan coba cocokkan sisi Timur Amerika Latin dengan sisi barat Afrika seperti anda sedang bermain puzzle. Kalau anda sedikit toleran anda akan segera mengakui bawa kedua sisi benua tersebut memang cocok satu sama lain..

Kecocokan bentuk tersebut dipakai oleh para ahli geologi untuk membuat teori tentang pergerakan lempeng benua. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa bumi terdiri dari banyak lempeng-lempeng yang satu sama lain bergerak dengan arah tertentu.

Kalau anda ingin lebih yakin sekarang anda bisa membuat sendiri animasi pergerakan lempeng benua Amerika dan Afrika versi anda sehingga keduanya sampai pada posisi sekarang.

Yang mungkin anda pertanyakan sejak kapan dia berpisah ? Kok sekarang seperti nggak bergerak sama sekali ?

Nah sekarang anda bisa jadi seorang ahli geologi. Ukurlah jarak dari kedua ujung selatan benua tersebut, mungki sekitar 7000 km. Kalau kecepatan geraknya 10 cm pertahun, maka telah berlalu masa 70.000.000 tahun sejak pertama sekali kedua ujung selatan benua tersebut mulai berpisah dan bergerak menjauh satu sama lain.

Jadi memang benar gunung-gunung tidak diam, mereka bergerak, bahkan benua-benua juga bergerak.

Seperti filem animasi.

Seperti gerakan awan...

Kalau anda masih juga tidak bisa melihat gerakan gunung-gunung tersebut, akui saja bahwa anda memang buta !

Buta geologi....

Rabu, 29 April 2009

Bubur Tumpah

"Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan" An Naba' ayat 6.
Membaca ayat ini saya teringat sewaktu terbang dari Jakarta menuju Yogya awal tahun 2008. Saya bersama seorang teman sekantor, geologist juga, tapi titel di kartu nama basin modeller. Kalau saya sekali geologist tetap geologist.
Mendekati Yogya saya menatap ke bawah lewat jendela sebelah kiri. Jarang saya terbang Jakarta-Yogya. Dulu masa mahasiswa mana ada kesempatan semewah ini.
Dataran vulkanis yang subur terhampar hijau dilereng gunung Merapi. Ingat lagi dulu kita kuliah tentang batuan vulkanik. Dataran hijau yang terhampar tersebut adalah endapan lahar yang mengalir dari puncak Merapi, dalam klasifikasi batuan disebut epiklastik.
Ketika teman geologist sebelah bertanya, bagaimana bisa seperti dataran begitu ?
Dengan gaya populer saya sebutkan prosesnya seperti bubur tumpah, dia seperti menjadi tercerahkan. Ya. Seperti bubur kalau ditumpahkan dia seperti tersebar rata.
Yang sebenarnya tidak benar-benar rata. Hamparan tersebut mulai dari Parang Tritis sampai Bulak Sumur naik dari nol meter ke ketinggian 150 meter dalam jarak horisotal 30 kilometer. Kalau dihitung kemiringan rata-rata 5 meter setiap 1000 meter, atau sekitar 0,5 persen. Dari Bulak Sumur ke UII naik menjadi 200 m dalam jarak 10 kilometer, naik 20 meter setiap 1000 meter, atau kemiringannya 2 persen. Kemiringan memang semakin tajam bila menanjak lagi ke Kaliurang, ketinggian 700 meter dalam jarak 10 km. Namun kalau dihitunga kemiringannya tetap masih rendah 3,5 persen. Tetap masih bisa disebut sebagai hamparan..
Begitulah cerita sederhana cerita tentang bubur tumpah. Namun bubur ini jauh lebih panas, yang kalau dia tumpah bisa membakar apa saja yang dia lalui, walaupun berusaha berlindungan dalam bunker pendingin sekalipun..
Bagi yang selama ini remeh dengan geologist karena lemah dalam matematik, semoga lebih OK, karena ternyata geologist sekarang lebih terampil dengan angka-angka...
Hhm, siapa sangka ...

Erosi dan Roman Muka Bumi

Banyak sudah kita dengar tentang istilah ini. Dipakai dalam berbagai topik pembicaraan. Intinya tentang penurunan level atau permukaan lebih tinggi menjadi lebih rendah.

Terkait dengan bumi, perkataan itu dipakai untuk mejelaskan proses perubahan roman muka bumi menjadi lebih rendah sampai menuju keadaan hampir rata. Biasanya proses erosi terjadi ditempat yang tinggi, dimana bagian paling atas dari permukaan bumi mengelupas untuk seterusnya dihanyutkan oleh air. Proses ini kemudian berakhir bila material hasil erosi ini diendapkan ditempat yang lebih randah. Proses selengkapnya dimulai dari erosi, kemudian material hasil erosi diangkut ketempat lebih rendah. Lebih kerennya sebagai berikut:

Erosi---->Transportasi---->Sedimentasi

Sederhana sebenarnya.

Saking sederhananya waktu kuliah dulu saya menghafalnya dengan mudah, cenderung menyepelekan. Sebagaimana sederhananya menambah dan mengurang dalam matematik. Kadang saya jadi nggak nyaman saja kalau harus mengatakan bahwa dengan ilmu sederhana itu saya hari ini saya bisa bekerja pada perusahaan kelas dunia dengan gaji lumayan...

Erosi dan Muka Bumi: Mana yang duluan ? Ini pertanyaan mirip mana yang dulu, ayam atau telor ?

Sebenarnya tidak demikian. Karena setiap bukit dan lembah yang kita lihat adalah akibat langsung dari proses erosi. Secara teoritis sebelum ada lembah-gunung, setiap tetes hujan yang jatuh kepermukaan bumi akan mengalir, ada atau tidak adanya lembah-gunung. Ini disebut "sheet flow". Ibarat air tumpah dipermukaan meja yang rata, tidak pernah air diam tidak mengalir bila ada gelas air tumpah. Aliran air seperti dipermukaan meja ini bisa juga terjadi pada permukaan bumi yang rata, kalau memang dulu ada permukaan bumi yang rata seperti permukaan meja.

Dalam masa kuliah dulu kita juga nggak ngerti benar, bahkan tidak peduli tentang muka bumi yang rata. Dosen saya juga nggak berani bilang bahwa muka bumi yang rata benar-benar pernah ada. Yang ada mungkin permukaan bumi yang hampir rata. Dosen saya menyebutkannya peneplain. Susahnya lagi peneplain itu adalah hasil akhir dari erosi, ketika tidak ada lagi tempat yang lebih rendah kemana hasil erosi akan di transportasi. Bukan kah ini mirip telorayam-ayamtelor juga ?

Membingungkan bukan ?

Selasa, 28 April 2009

MIMPI 2021

Pekanbaru, Juni 2007

Tahun 2021 masih terlalu jauh untuk dipikirkan dari sekarang. Demikian komentar beberapa orang rekan sekantor saya di BOB CPP. Untuk orang yang sudah seumur saya, 52 tahun, untuk 14 tahun mendatang lebih patut membayangkan masa depan yang lebih santai, jogging tiap pagi, bersenang-senang dengan cucu, tiap hari cek rekening Bank..Namun saya tidak bisa berfikir sesederhana itu. Ada yang senantiasa berputar dalam fikiran saya.

Sebagai seorang ahli geologi yang sudah 26 tahun bergelut dengan data perminyakan Riau, saya faham benar akan kekayaan bumi Riau.Walaupun sudah diproduksi milyaran barrel sejak tahun 1952, sampai sekarang Chevron masih menyisakan bermilyar-milyar barrel minyak belum terproduksi dibawah muka bumi Riau.Pertanyaannya sampai kapan kekayaan bumi ini akan tetap lestari ?Pertanyaan di atas sudah bergema sejak saya bergabung dengan PT Caltex Pacific Indonesia sejak tahun 1981 yang lalu. Banyak yang pesimis bahwa minyak akan segera habis, dan rana Riau akan ditinggal menjadi puing-puing sumur dan pipa-pipa, yang layak jadi aset besi tua. Namun kenyataannya tetap saja separuh dari 1 juta barrel perhari produksi minyak Indonesia berasal dari Riau. Jadi masihkah minyak bersisa dari ladang-ladang minyak CPI pada 2021 ?

Masyarakat awam sangat mungkin terbius oleh pesimisme habisnya kekayaan minyak Riau pada beberapa dekade yang akan datang. Sikap pesimis yang demkian akan menguntungkan pihak-pihak yang masih berharap bisa memperpanjang kontrak kerja CPI yang akan berakhir ada 2021.Tulisan saya ini bermaksud mengajak pembaca semua bermimpi bersama tentang pengoperasian ladang-ladang minyak CPI sekarang setelah kontrak kerja berakhir, tentunya oleh tenaga tempatan yang tidak kalah profesional dari SDM Chevron sendiri.Alih Kelola: Bercermin pada Blok CPPIngat ketika blok CPP akan habis masa kontrak pada tahun 2002 ?

Bertahun-tahun sebelum masa itu berakhir, aktifitas di blok tersebut sudah mulai dikurangi. Hal ini terlihat dari menurunnya jumlah sumur yang di bor, termasuk sumur eksplorasi. Pada masa bersamaan Indonesia memasuki era reformasi, dan menguatnya desakan otonomi. Sejak tahun 1999 tampak benar kekuatan sosial politik daerah yang mendesak agar putera daerah diberi peluang partisipasi lebih besar, termasuk dalam operasi ladang migas. Sejak itu dimulailah perjuangan merebut CPP Block oleh berbagai komponen masyarakat.Singkat cerita, CPP Blok diberikan hak pengelolaannya kepada daerah, bersama-sama dengan Pertamina berbagi saham 50:50.Banyak kekhawatiran waktu itu, apakah orang daerah sanggup ??Sampai hari ini BOB CPP tetap beroperasi lancar dengan produksi relatif stabil pada tingkat rata-rata 26 ribu barrel perhari. Lebih kecil dari tingkat produksi ketika di alih kelolakan pada bulan Agustus tahun 2002 sebesar 40 ribu barrel perhari. Namun penurunan tersebut lazim pada ladang minyak tua. Bahkan dibandingkan dengan penurunan produksi ditempat lainnya, apa yang dicapai oleh BOB CPP termasuk sukses besar: dengan pekerja 100 % nasional tanpa seorangpun karyawan bule !!!Bercermin pada sukses BOB CPP masih menyisakan pertanyaannya: Sanggupkah warga Riau menerima alih-kelola ladang-ladang minyak di Blok Rokan (mencakup Minas, Duri, Bangko, Kotabatak, Petapahan dll), yang pada akhir masa kontrak tahun 2021 masih akan bersisa pada tingkat produksi 300 ribu barrel perhari ??

Saya lebih suka menjawab tantangan ini dengan sikap optimis. Teringat dulu ketika saya masih di CPI tahun 2001, saat perjuangan merebut CPP sudah membuahkan hasil, ketika banyak teman-teman kandidat pengelola blok CPP sudah mulai direkrut. Sebagian mereka ada yang dimagangkan di CPI. Tetap saja banyak suara-suara pesimis, yang memandang rendah para kandidat yang bersangkutan. Pada saat yang sama banyak teman-teman sesama karyawan CPI yang dibujuk agar mau bergabung. Saya termasuk salah satunya.Intinya modal awal berupa SDM pengelola blok CPP benar-benar nol ! Kalau kemudian proses rekrutmen berjalan mulus, dengan berbagai janji-janji agar banyak para profesional mau bergabung, lalu mengapa ragu melihat kedepan ?Walaupun tingkat kesulitan operasi di blok Rokan lebih tinggi, dan tingkat produksi pada waktu alih-kelola pada tahun 2021 lebih besar, namun proses penyiapa SDM akan lebih mudah karena sekarang ada BOB CPP yang bisa dipakai sebagai training center !!

Dalam persfektif tersebut diatas, maka BOB CPP dapat memainkan peran yang sangat strategis. Artinya BOB CPP tidak semestinya dikelola model PSC biasa, sebatas mendatangkan profit untuk stake-holder belaka, karena sejak awalnya memang sudah dibebani oleh kewajiban sosial politik dalam rangka memberdayakan SDM tempatan untuk mengoperasikan ladang minyak ”bekas” CPI.Walaupun sisa, tidak mesti dipandang sebelah mata, karena yang bersisa memang masih sangat banyak untuk ukuran ekonomi daerah, bahkan untuk skala ekonomi nasional.Bahkan bukan tidak mungkin perusahaan sebesar Chevron masih sangat berminat memperpanjang kontraknya di blok Rokan setelah masa kontrak 2021 berakhir. Dalam situasi seperti ini peran BOB CPP semakin penting dalam rangka meyakin pemerintah pusat bahwa ladan ”bekas” tersebut akan lebih ekonomis kalau dikelola oleh tenaga lokal daripada Chevron yang notabene banyak pegawai bule yang bergaji besar..Ini merupakan tantangan berat buat BOB CPP. Dalam masa beberapa tahun kedepan BOB CPP harus menunjukkan kinerja yang benar-benar hebat sehingga bisa meyakinkan pemerintah pusat bahwa keputusan mengalih kelolakan blok CPP kepada anak-anak daerah adalah keputusan yang tepat. Dengan track record yang seperti itu insya Allah landang minyak yang lebih besar juga bisa dipercayakan kepada orang tempatan.

Tulisan ini memang layak disebut mimpi, sesuai dengan judulnya. Karena kenyataan hari ini bisa saja bertolak belakang dengan kenyataan yang diharapkan oleh Rakyat Riau.Sejak awal bulan ini media lokal banyak menyorot berbagai segi kebijakan BOB CPP yang dipandang tidak mengedepankan aspirasi daerah dan berlawanan dengan semangat otonomi. Lebih menyedihkan lagi semuanya itu terjadi karena para elit stake holder BOB CPP tidak mengedepan prinsip pengelolaan yang profesional, sebaliknya lebih banyak mengedepankan suara-suara elitis yang beraroma konflik kepentingan individu..Namun masyarakat tidak mesti pesimis melihat gejala yang terlihat hari ini. Masa depan yang lebih baik tidak akan tercipta dengan cara meratapi keadaan. Semangat otonomi daerah yang sedang tumbuh, rasa percaya diri bahwa semua orang bisa hebat kalau diberikan kesempatan, dan berbagai sikap positif lainnya tetap diperlukan bagi segenap karyawan BOB CPP.Ada masanya pertarungan para elit akan berakhir. Ketika itu para profesional bisa bekerja dengan tenang, sehingga bisa unjuk kinerja. Sehingga 14 tahun lagi ketika ladang minyak di blok Rokan habis masa kontraknya, tidak ada lagi yang ragu: mengambil pepatah Pak ’Lah-- KITA BOLEH !!Jadi silahkan pelihara mimpi-mimpi ini. Hidupkan dia.. Dan bawalah kemanapun kamu pergi !!

Al Fatihah Untuk Arudji Phudri

Sebuah SMS aku terima dari Mawardi. Seorang rekan sekerja saya dulu ketika di BOB CPP telah dahulu. Dia sahabat karib ku. Kami dulu bersama mengembangkan lembaga pendidikan Islam semasa kami masih di CPI Rumbai. Banyak sisi kehidupannya yang bisa ku jadikan cermin. Pribadi yang senantiasa berusaha mencapai puncak. Cita-citanya yang tidak pernah surut. Aku pernah mengharapkan suatu waktu dia akan jadi menteri, walaupun dia gagal jadi Cagub Propinsi Banten.

Siapapun akan menyusul. Setelah ini siapa lagi ? Kepada Allah saya berserah diri. Selamat jalan Mas Arudji, semoga semua amal mu diterima disisi Allahurabbi, semua kesalahan mu diampuni. Kalaupun ada kesalahanumu, sekecil apapun, sudah lama aku maafkan...