Jumaat, 1 Mei 2009

Galveston

Pantai Galveston ada laboratorium. Konon, gosong pasir yang membentuk pantai yang indah ini mulai terbentuk 10 ribu tahun lalu ketika laut mulai menggenangi dataran Teluk Meksiko pada masa bumi mulai memanas, dan glacial mencair menaikkan permukaan air laut. Banyak literatur dan makalah menulis tentang Galveston menggambarkan bagaimana transgressi lalu ini kemudian me menggenangi seluruh kawasan kota Houston sebelum dia berubah menjadi kawasan lumpur dalam lingkungan rawa-rawa yang luas.

Daya tarik Galveston bukan saja karena pantainya yang indah, tetapi juga karena ketinggian tanah yang menggoda dibandingkan dengan dengan kerendahan rawa-rawa yang terlindung dibelakang garis pantainya. Sepintas inilah kediaman yang indah sekaligus aman, dari pada harus menimbun rawa-rawa sebagai kawasan perumahan seperti Kota New Orleans.

Sekarangpun banyak yang belum tahu bahwa kota Galveston tua adalah sebuah metropolitan. Sampai ketika badai besar melanda pada tahun 1900 yang mematikan 6000 orang. Ombak yang menggunung menggulung seluruh kawasan pulau tersebut tanpa menyisakan satu rumah pun kecuali ditenggelamkan badai pasang. Sejak saat itu banyak pemukim yang pindah di kewasan yang jauh dari pantai, diantara rawa-rawa yang jauh dari keindahan, namun merasa lebih aman, sekarang menjadi Metropolitan Houston.

Galveston memang produk ombak. Sampai besok-besok, ketika laut masih terus meninggi, kawasan lain boleh tenggelam karena pemanasan global, namun Galveston akan tetap menggosong selama ombak masih membawa butiran pasir. Butiran pasirnya yang indah mungkin sudah diangkut oleh ombak dan arus sepanjang pantai dari kawasan selatan sejauh Cancun Beach di Meksiko.

Begitulah cerita geologi.

Di Galveston saya ajak anak-anak bermain ombak jauh ke tengah laut. Tidak ada yang berani, karena ombak memang agak besar, tapi masih dalam batas aman. Saya beranikan diri, menjauh terus ketengah, sampai anak-anak berteriak melarang. Namun sedikitpun saya tak takut. Saya tahu, dari model kemiringan dasar laut yang saya baca dari literatur, sampai sejauh 200 meterpun saya ke arah tengah, saya belum akan tenggelam.

Kembali ke pinggir pantai anak-anak sudah ketakutan. Saya sendiri senang-senang saja.

Ketakutan anak-anak bisa difahami karena ketidak tahuan. Pantai bukanlah sungai seperti Kuantan, yang makin ke tengah makin dalam, orang bisa hanyut dan tenggelam.

Jadi dengan ilmu kita memprediksi. Itu menjadikan kita percaya diri dan berani menantang resiko.

Bagi seorang geologist, Galveston bukan sekedar pantai yang indah, dia juga memberikan hikmah..

Tiada ulasan:

Catat Ulasan