Isnin, 11 Mei 2009

AGAMA JIN

Apakah Jin perlu beragama ?

Kedengarannya pertanyaan diatas terlalu mengada-ada. Namun saya mendapatkan beberapa segmen dalam Al Quraan yang memberikan deskripsi sangat realistis, seakan-akan terjadi pada alam fisis-bendawi:

Mereka berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quraan yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan Al Quraan-Al Quraan yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. (Al-Ahqaf 30-31)
.
Saya baca tafsir Hamka. Tidak ragu lagi ayat-ayat tersebut memang menceritakan tentang sekelompok Jin yang ikut mendengarkan ayat Al Quraan dibacakan..

Berkaitan dengan jin, banyak cerita yang telah bercampur baur, sehingga terkadang ada orang tidak percaya sama sekali. Cara pandang demikian tentu ada bahayanya, karena keimanan kepada alam ghaib termasuk dalam rukun iman. Oleh sebab itu saya bersikap menghindar dari deskripsi tentang jin kecuali yang berasal dari Al Quraan, seperti yang berikut ini:

Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib. (Al-Qashas 27)

Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".
Berkata 'Ifrit dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya". (Al Qashas 38-39)

Jadi saya memandang bisa saja terdapat sampai hari ini ada orang yang berkawan dengan Jin dan memanfaatkan tenaga Jin untuk menambah kehebatan supra-naturalnya. Namun saya tidak yakin orang tersebut bisa benar-benar menguasai jin tersebut seperti Sulaiman, sehingga benar-benar aman dari pengaruh jahat jin yang menolongnya. Bisa juga terjadi sebaliknya, manusia menjadi hamba jin dan melakukan apa saja yang diperintahkan oleh jin, dengan imbalan jin juga menolong orang tersebut kapan-kapan dia mau.

Oleh sebab itu lebih aman tidak berkawan dengan jin sama sekali. Karena bila jin berbuat sesuatu yang manusia kehendaki, dia melakukannya karena terpaksa, bukan berdasarkan keiklasan, seperti dalam cerita Al Quraan berikut ini:

Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang seperti kolam dan periuk yang tetap . Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur. Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.
Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan. (Saba’ 13-14)

Kasihan !

Dari ayat-ayat tersebut saya tahu bahwa jin tidak hebat-hebat sekali, karena Sulaiman sudah meninggal pun jin tidak tahu, sehingga dengan terpaksa mereka masih bekerja terus membangun gedung sesuai dengan perintah Sulaiman, walaupun yang memerintah sudah meninggal, tapi masih berdiri dengan tongkatnya.

Dengan pemaham lugas-tekstual seperti itu saya merasa nyaman dalam keimanan saya, tanpa harus merasa diri kurang saintifik. Sain dan keimanan tidak menjadikan saya terombang-ambing diantara empirisme sain dan kegaiban iman.

Oleh sebab itu saya yakin bahwa di antara golongan jin ada yang taat beragama seperti manusia.
Yang kafir juga ada.

2 ulasan: