Isnin, 11 Mei 2009

BAKAL CALON BUPATI

Saya tak akan melupakan bahwa saya pernah MENYATAKAN KESEDIAAN untuk dicalonkan menjadi Bupati. Walau pun tidak yakin saya akan terpilih, saya tak bisa menahan diri saya untuk mencoba. Beberapa kawan dekat justru melihat saya mempunyai peluang. Merekalah yang memompakan semangat, sementara beberapa kerabat saya menilai peluang saya kecil.

Tim kerja pun sudah terbentuk. Tim Kecil. Mereka sudah bergerak, dan berupaya menjaring aspirasi sepanjang perjalanan dari Singingi Hilir sampai ke Taluk Kuantan. Mereka semakin yakin, bahwa saya punya peluang, karena ternyata banyak yang sudah mengenal baik profil pribadi saya bila brosur sosialisasi pencalonan saya mereka bagi-bagikan kepada masyarakat.

Beberapa kali event pertemuan dengan tokoh dan masyarakat pun sudah digelar. Bahkan sudah ada yang mulai bertanya-tanya apakah saya punya cukup uang untuk mensosialisasikan diri lebih luas.

Kerja-kerja tim sukses semakin serius dan sistematis ketika mulai memasuki tahapan pencalonan ke DPRD. Pada waktu itu beberapa anggota DPRD sudah di kontak, dan menunjukkan dukungan, hanya masih kurang untuk mencapai dukungan minimal. Proses pemilihan waktu itu masih terbatas pada voting pada sidang pleno, bukan sistem pemilihan langsung seperti sekarang.

Harapan saya semakin besar pada saat calon pendamping saya sebagai pasangan wakil bupati sudah setuju. Teman-teman makin bersemangat, karena sang calon wabup adalah tokoh masyarakat yang sangat terpercaya. Selain menjabat sebagai camat, dia juga aktifis ormas yang sangat disegani, dia terkenal karena tidak terkontaminasi sedikitpun oleh issu korupsi. Bahkan masyarakat menggelarinya camat termiskin se Indonesia.

Semua proses sudah saya jalani, kecuali meminta tandatangan pendukung dengan cara mengumpulkan bukti fotokopi katepe. Namun usaha saya terganjal karena sang calon wabup tidak bersedia mengajukan permohonan surat izin atasan untuk maju mencalonkan diri. Sebagai PNS dia harus mendapatkan izin tersebut terlebih dulu, dan bila diizin maka jabatannya sebagai camat harus dilepaskan..

Sampai pada tahap itu saya memang sudah hampir kehabisan jalan. Namun saya tidak boleh menunjukkan sikap putus asa saya. Karena pada waktu itu semua masih sangat tergantung pada suara anggota DPRD, maka saya putuskan untuk menyampaikan surat kepada semua anggota DPRD, melalui sekretaris DPRD yang kebetulan senior saya dulu di Mualimin Muhammadiyan Taluk Kuantan.

Sayangi datangi kantor DPRD, bersama-sama dengan Tim Kecil yang tetap bersemangat, lalu saya serahkan berkas surat saya sebanyak jumlah anggota DPRD. Isi surat dilengkapi dengan biodata saya sebagai putera kuansing asli, menyatakan bahwa saya bersedia di calonkan oleh DPRD Kuansing untuk menjadi calon bupati...
Saya tidak pasti apakah surat saya sampai kepada setiap anggota DPRD waktu itu. Kalau sampai saya tidak lagi meneliti respon dari mereka masing-masing. Secara moral saya sudah tidak lagi punya beban. Saya telah menyatakan kesediaan saya untuk membangun kampung saya. Sudah tentu dengan meninggalkan profesi saya sebagai geosaintis.

Kalau hari ini saya bekerja di luar negeri, kesediaan saya tersebut sudah jadi bukti bahwa kepergian saya meninggalkan tanah air tidak terkait melulu karena dorongan materialistik.

Pada hari terakhir saya hendak meninggalkan tanah air pada tahun 2007, seorang adik saya yang mengerti tentang motivasi saya terjun ke politik melalui jabatan bupati, setengah berbisik mengatakan bahwa saya telah menyerah !
Saya katakan padanya bahwa dia keliru: “ Kamu lupa Reagan diangkat menjadi presiden AS pada usia 70-an”.......

Tiada ulasan:

Catat Ulasan